Sabtu, 26 November 2016

Pengolahan Dan Kewirausahaan Bahan Nabati dan Hewani Menjadi Makanan Khas Daerah

        Bahan pangan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang penting. Seiring dengan pertumbuhan penduduk, industri pangan pun makin meningkat. Tidak heran jika industri pangan, terutama industri berskala kecil makin bermunculan untuk memenuhi permintaan tersebut. Untuk memenuhi kebutuhan industri pangan, kita harus mengetahui tentang bahan pangan tersebut. Umumnya, bahan pangan berasal dari dua sumber, yaitu bahan pangan nabati dan bahan pangan hewani. Bahan pangan nabati adalah bahan makanan yang berasal dari tumbuh-tumbuhan, seperti: sayursayuran, buah-buahan, umbi-umbian, dan serealia. Bahan pangan hewani adalah bahan makanan yang berasal dari hewan, seperti: telur ,ayam, daging, ikan, dan susu. Kita sebagai makhluk ciptaan Tuhan hendaknya senantiasa bersyukur atas limpahan nikmat yang tidak putus-putusnya diberikan kepada kita. Tuhan telah memberikan karunian-Nya kepada manusia berupa akal pikiran dan kemampuan berpikir melebihi makhluk ciptaan-Nya yang lain. Dengan akal dan pikiran, kita dapat memanfaatkan bahan nabati dan hewani menjadi produk yang beraneka ragam. Salah satunya adalah produk makanan khas daerah.

A. Makanan Khas Daerah
Indonesia merupakan negara yang terdiri atas berbagai suku bangsa dan memiliki keanekaragaman di berbagai
bidang, salah satunya adalah makanan khas daerah.

1. Pengertian Makanan Khas Daerah
Makanan khas daerah adalah makanan yang biasa di konsumsi di suatu daerah. Karakter masakan di suatu daerah biasanya mencerminkan karakter masyarakatnya. Daerah pegunungan menghasilkan masakan dari sayurmayur karena iklim pegunungan yang dingin, umumnya masakannya serba panas atau pedas.
a. Masakan dari Jawa Barat
1) Banyak menggunakan sayur-mayur mentah seperti karedok atau sekadar lalap mentah yang disantap bersama sambal
2) Sedikit pedas dan asam.
3) Dominan masakan yang terbuat dari ikan.
4) Contoh makanan khas dari Jawa Barat ialah pepes ikan dan karedok.
b. Masakan Jawa Tengah
1) Bawang putih sering jadi bumbu dominan.
2) Banyak ditemukan masakan bersantan.
3) Rasa manis lebih disukai daripada rasa lainnya.
4) Contoh makanan khas dari Jawa Tengah ialah gudeg.
c. Masakan Jawa Timur
1) Banyak menggunakan terasi dan petis sebagai pemberi rasa pada masakan.
2) Agak pedas.
3) Masakan banyak dimatangkan dengan cara direbus, digoreng, dipepes, dan dibakar.
4) Contoh makanan khas dari Jawa Timur ialah rujak cingur 
d. Masakan Sumatra
1) Menggunakan banyak bumbu terutama masakan Sumatra Barat.
2) Masakannya menggunakan banyak cabai hingga rasanya relatif pedas.
3) Daerah Sumatra Selatan sangat suka masakan yang asam rasanya.
4) Masakan banyak dimatangkan dengan cara direbus, dibakar, dan digoreng.
5) Waktu memasaknya relatif lama.
6) Masakan dari Sumatra Barat banyak menggunakan santan yang kental.
7) Masakan dari sayur-mayur tidak banyak jumlahnya. Kalaupun ada, jenis sayurnya tidak bervariasi. Sayur yang sering dipakai antara lain daun singkong, kacang panjang, buncis, dan nangka muda.
8) Contoh makanan khas dari Sumatra ialah rendang

2. Kandungan dan Manfaat Makanan Khas Daerah
Makanan khas daerah memiliki kandungan gizi dan manfaat yang beragam, sesuai dengan bahan baku, bahan tambahan, dan teknik pengolahan yang digunakan. Bahan utama produk makanan khas daerah adalah bahan nabati atau hewani. Kandungan nutrisi utamanya adalah karbohidrat, protein, lemak, mineral, vitamin, dan air. Jumlah komponen-komponen tersebut berbeda-beda pada setiap bahan, bergantung pada susunan, kekerasan, tekstur, citarasa, dan warna.

3. Teknik Pengolahan Makanan Khas Daerah
Untuk mengolah suatu makanan, diperlukan teknik-teknik tertentu agar dihasilkan suatu produk makanan seperti yang diharapkan yang bercitarasa baik. Adapun teknik-teknik proses pengolahan untuk membuat makanan khas daerah di antaranya :

a. Persiapan Bahan
• Menimbang
• Menyiang
• Mencuci
• Memotong
• Mengocok
• Merendam dalam cairan bumbu
• Menggiling
• Memanir

b. Teknik Memasak dengan Pemanasan Kering
1) Memanggang (baking dan roasting)
Memanaskan dengan udara panas dan kering di sekelilingnya, biasanya di dalam oven.
2) Menggoreng dalam minyak (deep frying)
3) Menggoreng dengan wajan dangkal (shallow frying/pan frying)
4) Memasak dengan sedikit minyak (Saute/Menumis)
5) Setup (stewing)
Memasak makanan secara perlahan (95 - 99 0C) dengan sedikit air dan dihidangkandengan air rebusannya.
6) Merebus (poaching)
Memasak dalam cairan dengan suhu antara 71-82 0C
7) Mengukus (steaming)

Memasak bahan makanan dengan uap air panas/mendidih. Penyajian dan Kemasan Penyajian dan kemasan merupakan tahapan akhir dan memegang peranan penting dalam usaha pengolahan makanan. Makanan dengan penampilan menarik akan menggugah selera karena untuk mengonsumsi, pertamatama harus pandangan mata yang bekerja, kemudian diikuti untuk indra penciuman untuk aroma, yang tentunya panduan bumbu yang memberi indra rasa bekerja menghasilkan rasa nikmat.Makanan khas daerah pada masa lampau biasanya dikemas dengan menggunakan kemasan tradisional seperti kendil dari tanah liat, anyaman daun pisang, daun kelapa, kelobot jagung, dll.

Wirausaha Produk Makanan Khas Daerah
Peluang dalam bahasa Inggris adalah opportunity yang berarti kesempatan yang muncul dari sebuah kejadian atau momen. Jadi, peluang berasal dari kesempatan yang muncul dan menjadi ilham (ide) bagi seseorang.Kegiatan pengolahan produk makanan daerah saat ini merupakan salah satu usaha yang sangat menjanjikan bagi masyarakat, dimana potensi sumber daya alam di Indonesia cukup potensial untuk diolah menjadi makanan khas daerah, seperti di Provinsi Banten yang memiliki potensi laut sangat besar. Hasil laut tersebut dimanfaatkan menjadi makanan khas daerah, seperti sate bandeng sehingga meningkatkan perekonomian daerah tersebut. Kegiatan pengolahan produk makanan daerah saat ini merupakan salah satu usaha yang sangat menjanjikan bagi masyarakat, dimana potensi sumber daya alam di Indonesia cukup potensial untuk diolah menjadi makanan khas daerah, seperti di Provinsi Banten yang memiliki potensi laut sangat besar. Hasil laut tersebut dimanfaatkan menjadi makanan khas daerah, seperti sate bandeng sehingga meningkatkan perekonomian daerah tersebut. Menciptakan Peluang Usaha Pengolahan Makanan Khas Daerah
1) Ide Usaha
Faktor-faktor yang dapat memunculkan ide usaha adalah faktor internal dan faktor eksternal.
a) Faktor internal, yaitu faktor yang berasal dari dalam diri seseorang sebagai subjek, antara lain :
1) pengetahuan yang dimiliki;
2) pengalaman dari individu itu sendiri;
3) pengalaman saat ia melihat orang lain menyelesaikan masalah;
4) intuisi yang merupakan pemikiran yang muncul dari individu itu sendiri.
2) Risiko Usaha
Tugas wirausaha di dalam pengambilan risiko adalah sebagai berikut.
a. Menetapkan kebutuhan pada tingkat permintaan waktu sekarang.
b. Membeli alat-alat produksi yang cukup untuk memenuhi permintaan konsumen.
c. Menyewakan alat-alat produksi untuk memenuhi permintaan konsumen.
d. Mensubkontrolkan kepada pembuat produk yang lebih kecil.
e. Mengumpulkan informasi usaha.
f. Mengurangi risiko usaha.
3. Keberhasilan dan Kegagalan dalam Berwirausaha Pengolahan Makanan Khas Daerah
Keberhasilan seorang wirausaha dalam menjalankan usahanya dapat diidentifikasikan sebagai berikut.
a. Keyakinan yang kuat dalam berusaha.
b. Sikap mental yang positif dalam berusaha.
c. Percaya diri dan keyakinan terhadap diri sendiri. 

8 komentar:
Write komentar

Games